Saat ini banyak sekali orang-orang
baik itu pelaku usaha atau orang biasa yang gencar melakukan penanaman atau
budidaya tanaman sengon laut. Apa
penyebabnya…?
Diketahui penyebab banyaknya orangn
yang gencar melakukan penanaman tanamn sengon laut karena dapat menguntungkan
dikemudian hari. yap benar saja hanya dengan menginvestasikan uang kita pada
tanaman sengon dalam jangka waktu 5 tahun kita sudah bisa menikmati keuntungan
yang bisa dibilang berlipas dari hasil penjualan kayu sengon laut. Modal dan
biaya pemeliharaan selama 5 tahun pun sudah terutupi secara tuntas dengan hasil
yang diperoleh. Bahkan keuntungan yang diperoleh dari bisnis kayusengon ini
bukan main. Bukan hanya 2 kali lipat saja bahkan bisa sampai 10 kali lipat dari
modal yang dikeluarkan. Kebutuhan perusahaan perindustrian akan kayu sengon
yang terbilang kekurangna menjadikan harga dan peluang dari bisanis sengon
menjadi sangat menjanjikan… nah lantas apa itu sengon laut…?
Pengenalan
Sengonlaut (Albizia chinensis) adalah sejenis pohon anggota suku Fabaceae. Pohon peneduh
dan penghasil kayu ini tersebar secara alami di India, Asia
Tenggara, Cina selatan, dan Indonesia
Di beberapa
daerah, pohon ini dikenal sebagai sengon jåwå (Jw.); jeungjing,
jeungjing sunda (Sd.); séngghung
(Md.; marĕwita,
keura Sumba, dan
lain-lain. Dalam bahasa
Inggris dikenal
sebagai silk tree, Chinese albizia; di samping itu, pohon ini juga
dinamai: kōōl (Kamboja), kha:ng
(Laos), khang
hung, kang luang (Thai), cham
(Vietnam), dan
lain-lain.
Batang dan pepagan
Pohon
yang menggugurkan daun; berukuran sedang hingga tinggi, 30–45 m, dan gemang batangnya 70(–140) cm.
Pepagan
agak halus, di luarnya abu-abu gelap, dengan gigir-gigir melintang,
berlentisel, tipis; pepagan bagian dalam setebal 5 mm,
merah jambon. Ranting-ranting muda bersegi dan berambut.
Daun-daun
majemuk menyirip berganda, dengan 4–14 pasang sirip; tulang daun utama
10–25 cm, berambut, dengan kelenjar dekat pangkal tangkai daun dan pada
pertemuan tulang sirip. Daun penumpu
besar, bundar telur miring dengan pangkal yang setengah berbentuk jantung,
seperti membran, dengan ekor di ujungnya; lekas rontok . Sirip-sirip 4–14 cm panjangnya, dengan 10–45 anak daun per sirip, duduk,
berhadapan. Anak daun memanjang sampai bentuk
garis, dengan ujung runcing, miring, sisi bawah hijau biru, 6–13 ×
1,5–4 mm, tulang daun tengah sangat dekat dengan tepi atas.
Bunga
majemuk berbentuk bongkol yang bertangkai, yang terkumpul lagi menjadi malai yang panjangnya 15–30 cm. Bongkol berisi 10–20 kuntum bunga. Bunga berbilangan-5; dengan kelopak
bergigi, tinggi lk 4 mm, berambut; tabung mahkota bentuk corong, kuning
hijau, tinggi lk 7 mm, berambut. Benang sari
10 atau lebih, panjang lk 3 cm, putih, di atas hijau, pangkalnya menyatu
membentuk tabung, yang kurang lebih setinggi mahkota. Buah polong
panjang 10–18 cm × 2–3,5 cm, tidak membuka, patah-patah tidak teratur.
Biji
pipih, jorong, 7 × 4–5 mm
Ekologi
dan agihan
Polongan
Sengon dijumpai secara alami di hutan
luruh daun campuran di wilayah lembab dan ugahari,
dengan curah hujan antara 1.000–5.000 mm pertahun. Pohon ini didapati pula
di hutan-hutan sekunder, di sepanjang tepian sungai,
dan di sabana,
hingga ketinggian 1.800 m dpl. Sengon beradaptasi dengan baik pada tanah-tanah miskin,
ber-pH
tinggi, atau yang mengandung garam; juga tumbuh baik di tanah aluvial
lateritik dan tanah berpasir bekas tambang.
Sebaran alami sengon meliputi India, Burma, Thailand,
Kamboja,
Laos,
Cina,
Vietnam,
dan Indonesia;
diintroduksi ke Australia. Di Indonesia, sengon menyebar di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara;
dibawa masuk dan dibudidayakan di Sumatra
dan Kalimantan.
Manfaat
Kayu
Sengon menghasilkan kayu yang ringan
sampai agak ringan, dengan densitas 320–640 kg/m³ pada kadar air 15%. Agak padat, berserat lurus dan agak
kasar, namun mudah dikerjakan. Kayu terasnya
kuning mengkilap sampai cokelat-merah-gading; kekuatan dan keawetannya
digolongkan ke dalam kelas kuat III–IV dan kelas awet III–IV. Kayu ini tidak diserang rayap tanah,
karena adanya kandungan zat ekstraktif di dalam kayunya. Akan tetapi percobaan kuburan di Filipina
mendapatkan bahwa kayu sengon A. chinensis hanya bertahan 16 bulan,
sementara kayu langir A. saponaria tahan hingga 3 tahun dan kayu weru A. procera bahkan mencapai
10 tahun.
Kayu sengon biasa dimanfaatkan untuk
membuat peti, perahu, ramuan rumah dan jembatan. Di Sabah, kayu A. chinensis
diperdagangkan sebagai kayu ‘batai’, dalam campuran bersama kayu-kayu A.
pedicellata dan Paraserianthes
falcataria.
Agroforestri
Di perkebunan-perkebunan kopi dan teh, A. chinensis kerap ditanam
sebagai naungan; khususnya dalam campuran bersama jeunjing
(P. falcataria) dan dadap (Erythrina spp.). Sengon disukai sebagai tanaman
hias dan peneduh taman, kebun, dan tepi jalan. Pohon ini juga ditanam untuk
melindungi lahan berlereng serta untuk memperbaiki tanah. Perakaran sengon bersifat mengikat nitrogen.
Kegunaan
lain
Sebagaimana kulit kayu ki hiang,
pepagan sengon mengandung bahan yang dapat digunakan untuk membius ikan di sungai. Pepagan ini pada masa
lalu juga dimanfaatkan sebagai bahan sabun.
Meskipun daun-daunnya dimakan kambing,
akan tetapi kulit ranting-rantingnya beracun karena mengandung saponin.
Jenis
serupa
Perawakan dan kayu Paraserianthes
falcataria sedikit banyak serupa dengan pohon
dan kayu sengon, sehingga nama-namanya acap dipertukarkan. Oleh orang Jawa, P. falcataria —yang asalnya
dari Maluku
— disebut dengan nama sengon laut, sengon sabrang, atau sengon
landi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar